KAMPUNG PERCA
Kain perca mungkin hanya dianggap limbah atau sampah. Namun, melalui tangan kreatif seorang pria di Kabupaten Tuban, potongan kain sisa berhasil disulap menjadi aneka dompet dan tas batik cantik bernilai jual tinggi.
Rumah sederhana di Desa Prambon Tergayang, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menjadi saksi kegigihan Muhamad Masduki bersama ibu-ibu warga desa setempat. Berbekal dua unit mesin jahit, Masduki dan ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok "Kampung Karya". Sukses mengembangkan usaha kerajinan kain perca, menjadi aneka produk dompet dan tas batik cantik bernilai ekonomis tinggi.
Hasil kerajinan yang menjadi andalannya adalah dompet dan tas batik gedog berbahan kain perca. Produk cantik dan menarik ini cukup banyak diminati konsumen, khususnya kalangan perempuan baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan.
40 buah dompet dan tas harus dibuat setiap harinya, untuk memenuhi permintaan pasar yang mencapai rata-rata 20 paket perbulan atau 220 buah dompet dan tas per bulan. Bahkan pada momen dan bulan tertentu, seperti Ramadhan dan Lebaran, jumlah pesanan dompet maupun tas sudah mencapai ratusan buah. Permintaan tidak hanya datang dari sekitar Tuban, namun juga sudah menjangkau pasar Surabaya.
Dompet dan tas batik berbahan kain perca buatan Masduki dan ibu-ibu rumah tangga cukup digemari, karena memang berkualitas dan indah dipakai. Selain itu harga yang ditawarkan cukup murah antara Rp 25 ribu hingga Rp 150 ribu per buah, bergantung model dan bentuk dompet maupun tas.
Selain dipasarkan secara online, pemasaran juga dilakukan dengan cara menawarkannya langsung ke grosir dan pasar. Namun, banyak pula pelanggan yang memilih datang langsung ke rumah produksi dengan harapan mendapat harga yang lebih murah. Dompet dan tas batik perca dianggap cukup elegant saat dipakai bepergian maupun sekedar berjalan-jalan dan menghadiri suatu acara.
Usaha yang dijalankan Muhamad Masduki bersama ibu-ibu rumah tangga ini, sudah dilakukan sejak Tahun 2011. Selain belajar menjahit secara otodidak, mereka juga mendatangkan instruktur dan pelatih serta ahli pemasaran, minimal 2 minggu sekali.
Seiring waktu berjalan, usaha mereka terus berkembang. Bahkan kini sudah mampu membentuk kelompok yang dinamakan "Kampung Karya", anggotanya sudah mencapai 20 orang. Mereka membagi tugas sesuai keahliannya masing-masing, mulai dari bagian produksi, hingga bagian pemasaran.
Menurut Muhamad Masduki, pengeraji, "Seluruh bahan baku kain perca diperoleh dari sejumlah penjahit yang ada di wilayah Kecamatan Soko, Tuban. Limbah konveksi ini dibeli seharga Rp 5 ribu per kilogram. Kemudian disulap menjadi aneka kerajinan dompet dan tas batik perca bernilai jual."
Selain dompet dan tas, kelompok ibu-ibu juga memproduksi pin berbahan kain perca. Namun sayang usaha belum berkembang, karena masih terkendala permodalan.
Disadur dari: http://m.pojokpitu.com